Fanfiction adalah sebuah cerita fiksi yang
murni dibuat oleh para fans dengan meminjam tokoh-tokoh dari manga, anime, maupun
artis idolanya…
saya hanya men-share, jadi cerita ini bukan buatan saya.. happy reading :D
Naruto © Masashi Kishimoto
Story © Violetta Onyx
It's SasuHina.
-:O:-
Hari kamis merupakan jadwal belajar teknologi informatika dan komunikasi
bagi siswa kelas XII-A di Konoha High School. Untuk kebanyakan murid, ini
merupakan waktu favorit untuk mengakses internet, mendengarkan musik dan
bermain game secara bebas. Kamis merupakan hari yang paling membosankan
bagi Hinata yang hanya menguasai teori pelajaran, tidak dengan prakteknya.
Terutama para siswa laki-laki berdesak-desakan untuk memasuki ruangan
laboratorium komputer—hal yang paling tidak disukai Hinata. Biasanya siswa
perempuan hanya bisa mengeluh dan mengadukan masalah ini pada Kakashi-sensei,
guru mata pelajaran yang bersangkutan.
Berbeda dengan yang lain saat memasuki laboratorium—melepas dan melempar
sepatu asal-asalan—Hinata menyimpan pantofelnya di sudut luar ruangan dan
Hinata segera masuk ke dalam laboratorium.
Suara tepuk tangan Kakashi menyita perhatian seluruh murid.
"Seperti biasa, kalian akan kupasangkan sesuai dengan hasil nilai
ujian kemarin,"
Berbagai reaksi ditunjukkan oleh para murid. Ada yang senang, ada yang
kecewa. Kakashi tersenyum simpul dibalik masker hitamnya. Dia lalu mengeluarkan
dan membuka buku kumpulan nilai.
Siswa perempuan ricuh, saling mengejek dan berharap jika dia duduk
berpasangan dengan Uchiha Sasuke. Itu sudah jelas, dan Kakashi sangat
mengetahui hal itu. Matanya memicing. Dia sudah menyiapkan kejutan untuk
murid-muridnya.
"Uzumaki Naruto dan Haruno Sakura."
Sakura mendelikkan matanya, tak suka. Biasanya dia duduk sebangku dengan
Tayuya, tapi kali ini tidak. Naruto berteriak kegirangan, his dream
come true! Keinginan Sakura untuk sebangku dengan Sasuke sirna sudah. Ino
dan Karin menertawakannya.
"Yamanaka Ino dan Nara Shikamaru."
Beruntung, Ino mendapat partner yang memiliki otak jenius. Dia tidak
mengeluh, Shikamaru not bad. Menurutnya, pemuda Nara tersebut punya
tampang yang cukup oke dan nilai lebih jika saja dia tidak suka
bermalas-malasan.
"Uzumaki Karin dan Hozuki Suigetsu."
"Kakashi-sensei, harusnya Uzumaki Karin dan Uchiha Sasuke!" Karin
berusaha meralat dan bersikeras ingin duduk sebangku dengan si Uchiha.
"Kau dengar aku tidak? kau duduk dengan Hozuki Suigetsu!" Karin
membetulkan letak kacamatanya; tidak terima.
"Tapi Sensei—"
"Duduk, atau kau keluar dari jam pelajaranku!"
"Sial. Ino, kau beruntung." Bisik Karin singkat. Gadis berambut
riap-riap itu mendengus dan berjalan sebal menuju Suigetsu yang sedang
menertawakannya.
Kakashi berdeham. Matanya menyipit lalu menyapu ke seluruh sudut kelas.
"Terakhir... Uchiha Sasuke dan Hyuuga Hinata."
Dan berpasang-pasang mata menatap kedua orang tersebut tak percaya.
.
-:O:-
.
Hinata melangkah ragu menuju tempat komputernya; satu ruangan yang disekat dengan
triplek pembatas. Masing-masing ruangan memiliki satu meja, dua kursi, dua
headset, dua speaker dan satu perangkat komputer dengan koneksi internet.
Disana sudah ada Uchiha Sasuke; duduk di kursi, headset sudah bertengger
dengan keren di kepalanya. Sasuke yang pintar dan punya banyak fans harus
sebangku dengannya. Padahal selama ini dia tidak pernah sebangku dengan Sasuke.
Mengidolakan pemuda tampan itu saja tidak, apalagi berinteraksi. Helaan nafas
terdengar dari arah si Hyuuga. Apa nilai ujiannya yang kemarin jelek? Aku harus
belajar lebih giat putusnya.
Sasuke masih asyik membuka winamp, saat Hinata menarik kursi dan duduk.
Hinata tidak tahu kalau Sasuke hanya berpura-pura memainkan komputer, padahal
dia sedang bersiul-siul dalam hati. Sebenarnya sih, Sasuke yang memaksa Kakashi
untuk membuatnya sebangku dengan Hinata. Tapi Sasuke tidak percaya jika Kakashi
mau mengabulkannya begitu saja.
"A-ano Sasu—"
"Cepat selesaikan," potong Sasuke singkat dan disambut anggukan
Hinata.
Tugas yang diberikan Kakashi sudah selesai dengan cepat berkat otak Sasuke
yang jenius dan Hinata yang rajin. Uchiha itu menikmati setiap waktunya, berada
disamping Hinata. Masih ada waktu sekitar satu setengah jam lagi sebelum bel
keluar dibunyikan. Rasa syukur karena tugas bisa selesai lebih cepat membuat
Hinata ingin berterimakasih pada Sasuke.
Gadis manis itu duduk termenung, memerhatikan Sasuke yang membuka situs di
internet; Youtube.
Saat Hinata sedang memilin-milin ujung roknya, suara tawa khas milik Naruto
terdengar dan membuat Hinata segera mengalihkan pandangannya pada si pemilik
tawa tersebut. Hinata menatap Naruto dan partnernya, iri. Mereka sedang
berseteru. Sepertinya seru, tidak dengan disini. Membosankan.
Naruto-kun sepertinya bahagia duduk dengan Haruno-san. Melupakan pernyataan
cintaku. Hmm... lagipula aku tidak bisa berbuat apa-apa. Itu haknya. Aku kan'
bukan siapa-siapa Naruto-kun. Tapi... tapi... tapi...
Hinata gelisah.
Hinata segera mengalihkan pandangannya ke posisi semula. Sasuke terlihat...
kesal?
Oh iya, Sasuke-kun kan' pintar. Kenapa tidak mencoba bertanya kepadanya?
"Sasuke-kun... boleh aku bertanya?" Pemuda tampan ini terlihat
bosan. Tangannya masih menggerak-gerakkan mouse asal-asalan. Memilih
video clip Bruno Mars—lagu Who Is. Tepat untuk mewakili keadaan hatinya. Hinata
jadi takut dan urung untuk menanyakan sesuatu.
"Tanyakan saja."
"A-aku ingin sekali bebas dari 'sesuatu' yang membuatku gelisah,
Sasuke-kun ta-tahu caranya?" tanya Hinata terbata-bata.
Tangan Sasuke berhenti menggerakkan mouse. Dia mengubah duduknya; sekarang
berhadapan dengan Hinata yang sedang memainkan kedua telunjuknya. Obsidian
gelapnya menatap lekat wajah Hinata.
Sasuke belum konek dengan kalimat yang Hinata ucapkan.
"A-ah, bagaimana jika aku mengibaratkannya dalam istilah ko-komputer?"
Ide bagus. Sasuke mengangguk. Mungkin dengan begitu dia lebih mengerti
kalimat Hinata? Mungkin.
"Sasuke-kun, aku ingin sekali menonaktifkan program 'Cinta'..."
ujar Hinata malu-malu. Shikamaru yang berada di ruangan sebelah, kebetulan
sedang menyandarkan kepalanya ke triplek pembatas dapat mendengar suara Hinata.
Ino asyik dengan situs kecantikan dan fashion di internet. Sepertinya lebih
seru mendengarkan pembicaraan antara Sasuke dan Hinata.
"Delete saja program itu," suara Sasuke kini yang
Shikamaru dengar. Sasuke baru konek, ternyata Hinata berniat curhat padanya!
Ini kesempatan! Tunggu, curhat tentang cinta? Biar! Batin Sasuke mengalami
kegalauan yang hebat. Di satu sisi ini kesempatan, di sisi lain ini bisa jadi
malah menghancurkan.
"Tapi program ini terus saja run, kalau kuhapus, sistem hati-ku
pasti rusak, Ibuku selalu bilang begitu." keluh Hinata sedih.
"Apa kau yakin program yang terus berjalan itu adalah program
'Cinta'—?" tanya Sasuke hati-hati.
Terpaksa untuk kali ini Sasuke menanggalkan imej cool-nya demi gadis
yang dicintainya. Lagipula kondisinya mendukung; terutama Naruto, dia sibuk
dengan urusannya sendiri.
"Aku tidak tahu, tapi program ini terus membuat hatiku terserang virus
gelisah, kesal dan banyak virus lain yang membuatku hampir error..."
adu Hinata. Tatapannya berkaca-kaca. Jari-jarinya kembali memilin ujung roknya.
"Yang kutahu, program 'Cinta' itu tidak akan membuatmu terserang
virus-virus tersebut. Program 'Cinta' akan memproteksi hati kita dari serangan
virus tersebut." Ujar Sasuke panjang lebar. Tetap dengan suara yang pelan
dan nada datar. Matanya menyapu keadaan sekeliling, mereka semua sibuk dengan
kediatan masing-masing. Bagus, keadaan masih stabil. Neji terlihat serius
dengan tugasnya.
"Program ini juga menghabiskan seluruh ruangan memory dan harddisk-ku.."
"Program 'Cinta' memang memakan banyak memory dan membuat harddisk-mu
penuh, tapi sepenuh apapun itu, file lain masih dapat tersimpan."
Jelas Sasuke ngarang. Tidak sepenuhnya ngarang sih, lebih ke pengalaman
sendiri. Kira-kira Hinata ngerti omongannya gak ya?
Hinata terdiam, dan meraba dadanya.
"Be-benarkah? Tapi setelah di check kembali, memang benar ini
program 'Cinta'..."
Kelopak mata gadis itu menutup. Lalu kembali membuka.
"Yang lebih menyebalkan, program ini membuat memoryku hanya
terisi oleh file dan folder si operator." Hinata
mengerjap-ngerjapkan matanya—menahan agar airmata tidak tumpah membasahi
wajahnya. Ukh, Sasuke benar-benar menahan keinginan untuk mengusap pipi si
gadis Hyuuga.
"Siapa operator yang menjalankan program itu di hatimu?"
Pasti si baka-Dobe.
"E-e.. Na-naruto-kun,"
Bingo! Sasuke menggeram dalam hati.
"Pantas saja kau terserang virus. Dia tidak mengerti cara kerja hatimu
dengan baik. Setiap operator menjalankan satu program cinta di hati
seseorang." Sahut Sasuke sebal.
Alis Hinata mengkerut, tanda dia sedang berpikir.
"Sepertinya Naruto-kun sudah menjadi operator di hati orang lain
ya?" tanya Hinata sedih.
"Hn."
"Lalu aku harus bagaimana?"
"Ada tiga step untuk memperbaiki system hatimu."
Lagi-lagi Sasuke ngarang, berusaha untuk melanjutkan obrolannya dengan Hinata.
Shikamaru hampir saja tertawa. Dia tidak menyangka, temannya yang selama ini
dipuja-puja karena ketampanannya dan sikapnya yang cool ternyata lumer
oleh seorang gadis biasa. Coret, luarbiasa karena mampu meluluhkan hati seorang
Uchiha Sasuke.
"Step yang pertama?" Hinata makin penasaran, karena si Uchiha
memasang tampang serius dan meyakinkan. Shikamaru kembali memasang kupingnya;
menyimak kembali setiap kalimat Sasuke yang menurutnya sangat langka untuk
disimak.
"Install ulang program itu."
"Ca-caranya?"
"Nonaktifkan dulu program, aplikasi yang ada di dalam hatimu. Terutama
program kesal, virus benci, aplikasi dendam dan virus sakithati. Aplikasi itu
hanya menghambat pemulihan system hatimu." Perintah Sasuke. Mata
gelapnya tidak lepas dari wajah Hinata yang sedang berusaha menghilangkan rasa
sakit hatinya. Diam-diam Sasuke ikut merasa sedih, begitu tahu pujaan hatinya
sakit hati karena orang lain.
Shikamaru jadi berpikir kalau Sasuke memang benar jenius. Biarpun ngarang,
tapi ada benarnya juga.
"Virus sakithati sangat sulit untuk kuhapus, biarpun kupaksa untuk
dihapus, semakin menyebar dan menghabiskan room-ku," kata Hinata.
Raut wajahnya terlihat murung. Ooh, Sasuke sangat ingin membuatnya kembali
tersenyum.
"Secara eksternal kau terlihat... sempurna. Terutama bagian 'Motherheart'
milikmu. Kerjanya sangat bagus." Pipi Hinata bersemu merah mendengar
kalimat Sasuke. "Mungkin kau harus mensetting prosesor otakmu
dengan ." kata Sasuke jujur. Menilik-nilik Hinata. Gadis ini sebenarnya
sangat cute, hanya saja sifat rendah diri dan pemalu-lah yang menutupi
kecantikannya.
Percaya diri...
"A-ah... kau benar, Sasuke-kun! , , semuanya langsung terhapus."
Kata Hinata gembira. Buktinya sekarang Hinata tidak menunduk malu seperti tadi.
Cute! Sasuke semakin berusaha menekan keinginannya untuk menjawil pipi
bulat si Hyuuga.
"Delete permanen." Tambah Sasuke.
"Hu-um, tapi rasanya menonaktifkan itu sangat sulit," Shikamaru
semakin tertarik untuk menguping. Begitu juga dengan Sasuke yang semakin
tertarik untuk memandu Hinata.
"Program 'Cinta' nanti akan menonaktifkannya," jawab Sasuke. Si
pemuda Nara ingin sekali menggoda Sasuke nanti. Cinta itu memang memberikan
efek yang hebat tidak peduli sedingin apapun orangnya, Shikamaru mengakuinya.
"Bisakah, Sasuke-kun memanduku?"
"Tekan start, program, di My Heart pilih file
'Maafkankesalahanoranglain'."
Hinata memejamkan matanya. Hatinya masih terasa sakit. Sakit, sakit sekali.
Tapi kata Sasuke-kun, kalau memaafkan, lama-lama bisa hilang, batinnya. Hinata
berkonsentrasi untuk berusaha memaafkan Naruto.
Maafkan..
Maafkan Naruto yang tak kunjung membalas cintamu, Hinata.
Maafkan Naruto yang mencintai orang lain, Hinata.
Maafkan..
"Belum terhapus juga,"
"Gunakan aplikasi 'ikhlaskan' yang ada di 'Localheart' sesering
mungkin."
Ayo Hinata, ikhlaskan...
Ibu sering bilang, jika kita mengikhlaskan sesuatu yang hilang, kita akan
mendapat gantinya.
Ikhlaskan.. mungkin aku bukan yang terbaik untuk Naruto dan Naruto bukanlah
yang terbaik untukku.
"A-ah.. sudah terhapus..." Hinata gembira. Perasaannya terhadap
Naruto perlahan mulai luntur. Hatinya terasa ringan. Beban di pikiran pun mulai
hilang.
"A-Arigatou,"
Sasuke tersenyum tipiiis,
"Tunggu, apa di hatimu ada virus ? itu virus paling berbahaya yang
pernah ada."
"Ada, tapi sedikit," gumam Hinata pelan. Jujur saja, Hinata hanya
manusia biasa. Sedikit rasa tersebut ada akibat pernyataan cintanya yang tak
kunjung dibalas oleh Naruto.
"Gunakan antivirus 'SuperForgive' dan kau format ulang memory
dan prosesor otakmu."
Memformat ulang? Berarti menghapus wajah Naruto dari otaknya? Hinata
kembali berkonsentrasi.
Pirang, mata biru, kulit tan. Pirang, mata biru, kulit tan. Pirang, mata
biru, kulit tan. Raven, mata hitam, kulit putih... Sasuke?
Loh, kok wajah Sasuke yang terbayang di benaknya? Hinata jadi malu dan
segera menepis hal aneh yang ada di benaknya.
"Su-sudah, Sasuke-kun."
"Benarkah?" Sasuke memastikan.
"Hatiku rasanya dipenuhi oleh , tapi memory dan prosesorku
kosong." Hinata jadi nggak enak hati sama Sasuke. Sekaligus malu, sadar
curcol sama orang yang hampir nggak ada interaksi sama dia.
"Arigatou, Sasuke-kun."
Sasuke mengangguk. Bangga bisa ngebantu Hinata.
"Kalau begitu tekan start, menu dan program Cinta."
"Lalu?"
"Tekan next dan uninstall program itu."
Ayo Hinata... berjuang! Hinata menyemangati dirnya sendiri. Bahkan
Sasuke-kun sampai repot-repot membantuku!
"Lalu step kedua?"
Sasuke mengusap-usap dagunya. Mengarang jawaban yang pas dan tepat untuk
Hinata.
"Isi 'Motherheart', 'My heart' dan 'Localheart'
dengan program dan aplikasi yang bagus."
"Misalnya?"
"Aplikasi 'SuperSmile', program 'Bahagia', file
'Cinta-kasih'..." Sasuke memberi jeda sejenak, membiarkan Hinata
menebak-nebak kelanjutan kalimatnya.
Hinata tahu Sasuke belum selesai dengan kalimatnya, "Lalu?"
"Aplikasi 'AllAboutUchihaSasuke'!" Shikamaru berusaha
menahan tawanya yang hampir meledak. Uchiha memang benar-benar deh.
"Sasuke-kun bisa saja," Hinata tergelak. Runtuh sudah semua
pikiran negatifnya tentang Sasuke. Sasuke yang dingin, galak, tidak peka dan
membosankan—itu semua sudah terbantahkan oleh sikap Sasuke sendiri.
Seulas senyum terukir di bibir Hinata.
"Wallpapermu terlihat bagus."
Wah, ngegombal, batin Shikamaru.
"Sasuke-kun juga, sayang, wallpapernya terlalu suram. Kenapa
tidak mencoba menginstall program 'SuperSmile' ?"
Boleh, tapi program itu hanya bisa berjalan jika kamu yang mengoperatorkan.
"Ide bagus." Dan sudut bibir Sasuke terangkat naik. Singkatnya,
si bungsu Uchiha itu tersenyum. Tidak lebar seperti Kiba atau Naruto, tapi
sudah cukup membuat Sasuke terlihat keren di mata Hinata.
"Wa-h..Ke-keren.." gumam Hinata pelan. Akhirnya pesona Uchiha
Sasuke membuat Hyuuga Hinata terpana.
"Apa?" Sasuke berharap telinganya tidak salah dengar. Hinata
memanggilnya keren?
"Ra-rasanya system-ku su-sudah pulih dari serangan virus
tersebut." Segera Hinata alihkan topik pembicaraan, berikut tatapan
matanya. Wah, video Bruno Mars-nya sudah selesai diunduh. Hinata merasa malu
saat gumamannya yang sangaaat pelan ternyata bisa didengar oleh Sasuke.
Melihat Hinata yang sekarang sedang menunduk, Sasuke lebih memilih untuk
melihat videonya di komputer.
"Lalu step terakhir?" Tak disangka, Hinata masih penasaran dengan
tiga step karangan Sasuke. Sasuke jadi pingin ngunduh video Bruno Mars
yang lain. Lagu Who Is udah gak tepat untuk mewakili perasaannya. Apa lagu
Marry You atau Just The Way You Are? Tapi ngeliat Hinata yang menatapnya dengan
pandangan memohon membuat Sasuke perlu mengarang jawaban kembali.
Hmm...
"Cari operator program 'Cinta' yang tepat." Ini dia, otak Sasuke
menemukan ide yang paling brilian. Shikamaru sudah bisa menebak reaksi Hinata
dan akhir dari obrolan yang langka ini. Sepertinya akhir pelajaran, akan ada
tangisan dan raungan dari para fans Sasuke.
"Ta-tapi siapa?" kepala Hinata menoleh kesana-kemari.
"Aku saja."
"Ya—EEEH?"
Pipi Hinata bersemu kembali, Sasuke jelas ingin sekali mencubit gemas kedua
pipi merah Hinata.
Dan terakhir, Shikamaru tidak bisa menahan diri untuk tersenyum.
-FIN-
sumber : http://www.fanfiction.net/s/8094195/1/Re_Install_Love